REPUBLIKA.CO.ID, Imajinasi saya mengawang, sambil menerawang jauh
melihat subuh. Ayat dalam surah At-Takwiir ini begitu indah,
bermain-main antara logika dan rasa “Dan demi subuh ketika dia
bernafas.” (QS. At Takwiir, 81 : 18)
Subhanallah, bayangkan subuh
ketika dia bernafas. Dalam Alquran terjemahan Departemen Agama
disebutkan “dan demi subuh, apabila fajar mulai menyingsing.” Ya bisa
dipahami seperti itu tapi penggunaan kata “tanaffas” artinya adalah bernafas.
Quraish Shihab dalam tafsir Al Mishbah, mengilustrasikan “tanaffas”
atau bernafas dengan keluar masuknya nafas dari makhluk hidup.
Keluarnya cahaya dari kegelapan malam diibaratkan dengan keluarnya
nafas, apalagi keluarnya cahaya itu seringkali dibarengi dengan angin
sepoi, tidak ubahnya dengan keadaan orang yang sedang bernafas.
Atau ilustrasi yang lainnya adalah keadaan malam diibaratkan dengan
rasa sumpek dan gelisah yang menyesakkan nafas, dan bila fajar telah
menyingsing perasaan itu mulai berkurang, tidak ubahnya dengan
ketenangan yang diperoleh seseorang yang menarik nafas panjang.
Subuh
atau waktu subuh, memang menarik jika dibahas. Waktu subuh adalah waktu
pergantian malam dan siang. Waktu dimana kita sedang menikmati
istirahat saat udara dingin, di atas kasur yang empuk dan selimut yang
hangat. Waktu dimana kita benar-benar sedang terlelap, tidak terjaga
atau kurang waspada. Karena sebab itulah di waktu ini (di waktu malam
menjelang subuh) tidak jarang terjadinya pencurian atau bentuk kejahatan
yang lain, karena biasanya kejahatan itu diilustrasikan muncul di malam
hari dan atau direncanakan dalam keadaan gelap. Dalam ayat lain Allah
berfirman “Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai
subuh”. (QS. Al Falaq, 113 : 1)
Kata Al-Falaq terambil dari kata
falaqa yang berarti membelah. Kata ini dapat diartikan sebagai
pembelah atau yang dibelah. Bermacam-macam pendapat ulama tentang arti
kata ini. ada yang berpendapat subuh. Dikarenakan malam dengan kegelapan
diibaratkan sesuatu yang tertutup rapat. Kehadiran cahaya pagi dari
celah-celah kegelapan malam, menjadikannya bagaikan terbelah. Namun
secara luas falaq dapat diartikan kepada segala sesuatu yang terbelah.
Kembali
ke subuh, Allah SWT memerintahkan kita untuk bangun dan menegakkan
sholat di waktu subuh, sebagaimana ayat, “Dirikanlah sholat dari sesudah
matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat)
subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”. (QS.
Al Israa, 17 : 78). Shalat Subuh juga merupakan satu di antara shalat
wajib lima waktu yang mempunyai kekhususan dari shalat lainnya dan
mempunyai keutamaan yang luar biasa. Pada รข€¨saat inilah pergantian
malam dan siang dimulai. Pada saat ini pula malaikat malam dan siang
berganti tugas (HR. Bukhari).
Beberapa keutamaan shalat subuh
yaitu: Pertama, Mendapatkan pahala yang luar biasa besarnya, melebihi
keindahan dunia dan isinya, sebagaimana telah disebutkan dalam satu
riwayat Imam At Tirmizi: “Dari ‘Aisyah ra telah bersabda Rasulullah SAW,
Dua rakaat sholat Fajar pahalanya lebih indah dari pada dunia dan
isinya.”
Kedua, Selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
Rasulullah
bersabda, ''Barang siapa yang menunaikan sholat Subuh maka ia berada
dalam jaminan Allah. Maka jangan coba-coba membuat Allah membuktikan
janji-Nya. Barang siapa yang membunuh orang yang menunaikan shalat
Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga Ia akan membenamkan mukanya
kedalam neraka. (HR. Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Ketiga,
Allah akan memberikan surga yang dijanjikan. Diriwayatkan dari Abu Musa
Al Asy'ari ra, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, ''Barang siapa yang
sholat dua waktu yang dingin maka akan masuk surga.'' (HR. Bukhari). Dua
waktu yang dingin itu adalah sholat Subuh dan sholat Ashar.
Keempat,
akan dapat melihat Allah, sebagaimana Hadis Rasulullah SAW yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Jarir bin Abdullah RA, ''Kami
sedang duduk bersama Rasulullah SAW, ketika melihat bulan purnama.
Beliau
berkata, ''Sungguh, kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian
melihat bulan yang tidak terhalang dalam melihatnya. Apabila kalian
mampu, janganlah kalian menyerah dalam melakukan sholat sebelum terbit
matahari dan sholat sebelum terbenam matahari.Maka lakukanlah.'' (HR.
Bukhari dan Muslim)
Itulah beberapa fadilah atau keutamaan sholat
subuh. Betapa hebatnya sholat subuh selain dapat menyehatkan kita
secara raga tetapi juga membawa dampak besar terhadap perkembangan
ruhiyah. Bahkan mengutip dari buku DR. Raghib As Sirjani, seorang
penguasa yahudi pernah berkata, “Kami baru takut terhadap umat Islam
jika mereka telah melaksanakan shalat subuh seperti melaksanakan shalat
Jumat”.
Rasulullah SAW mendoakan umatnya yang bergegas dalam
melaksanakan shalat Subuh, sebagaimana disebutkan dalam suatu hadits,
''Ya Allah berkahilah umatku selama mereka senang bangun Subuh.'' (HR.
Tirmizi, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah)
Semoga kita semua termasuk umat yang senang bangun subuh, Aamiin Ya Rabbal ‘aalamiin.
Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Entri Populer
-
Crew Bens Radio Crew Bens Radio Edo Rojali N Mak Ella Acara di Ciputat Extra Joss Mak Ella, Rahman, Rudi Rame-rame ee...
-
Riko Ria Gw punya 3 kakak.....kakak pertama laki-laki bernama Emrinko Safinka alias Rico Ceper, kakak ke 2 gw cewe namanya Ria Sunest...
-
Urusan Jodoh itu ditangan Allah SWT, nah lalu bagaimana cara mengenali jodoh dalam islam. Tips ini berguna bagi anda yang sedang mencari jo...
-
Irena Handono atau Irene Handono (lahir di Surabaya , Jawa Timur , 20 Juli 1954 ; umur 58 tahun) merupakan seorang ustadzah asal Indonesi...
-
Tahapan umum kejadian manusia, sejak awal sampai akhir jaman Sejak saat paling awal penciptaan alam semesta ini, sampai s...
-
ada 6 alasan mengapa tidur tanpa busana itu menyehatkan. Dapat Menyehatkan Daerah Kewanitaan Tidur tanpa mengenakan pakaian justru akan ...
-
Klo ngomongin gw bisa ngendarain mobil sm motor, lucuuuu banget deh .. Kalo belajar...
-
Konsep jodoh menurut Islam merupakan bagian dari konsep TAKDIR, artinya hal tsb sudah menjadi ketentuan Allah sejak zaman azali untuk...
-
Akhirnya Keluarga Besar Sabirin Sulaiman bisa Liburan bareng pada hari Jumat 6 & Sabtu 7 April 2012, yaaa meski banyak juga yg ga bisa ...
-
Keutamaan Puasa Ramadhan Pada 10 Hari Pertama Keutamaan Puasa Ramadhan sangat luar biasa, Bulan Ramadhan adalah bulan yang penu...
Selasa, 29 Mei 2012
Senin, 28 Mei 2012
Ten 2 Five - I Will Fly
You know all the things I've said
You know all the things that we have done
And things I gave to you
There's a chance for me to say
How precious you are in my life
And you know that it's true
To be with you is all that I need
Cause with you, my life seems brighter and these are all the things
I wanna say...
I will fly into your arms
And be with you
Till the end of time
Why are you so far away
You know it's very hard for me
To get myself close to you
You're the reason why I stay
You're the one who cannot believe
Our Love will never end
Is it only in my dream?
You're the one who cannot see this
How could you be so blind?
To be with you is all that I need
Cause with you, my life seems brighter and these are all the things
I wanna say...
I will fly into your arms
And be with you
Till the end of time
Why are you so far away
You know it's very hard for me
To get myself close to you
I wanna get
I wanna get
I wanna get myself close to you
Selasa, 22 Mei 2012
RaJaB (By : http://yusufmansur.com/rajab)
#Rajab. 1. Hadits2 ttg amalan2 di bl Rajab, emang banyak palsunya. Tp ketika bd pndpt, g pk ribut, ga pk urat, g pk tanda seru.
#Rajab. 2. Brngkl kwn2 qt yg g mmbrodcast hadits2 palsu, sbb tdk tau,
&smngt dakwah. Maka ksh tau dg santun, &ksh solusi u/ ttp ibdh.
#Rajab 3. Yg seneng puasa, ambil aja senen kamis, atau hajar Daud
sekalian. Ga usah khusus nyebut Rajab, dpt dah. POLIN puasanya.
#Rajab 4. Perihal baca Istighfar, ga kudu di Rajab, emang kudu tancep gas bc sbnyk2nya. Jg Qur’an&shalawat.
#Rajab 5. Ttg angkanya, brp x, itu gpp ditetapkan sndr. Asal jgn blg
ini hadits. Motivasi biasa aja. Misal, ditarget 2x khatam di bl ini.
#Rajab 6. Atau 100 shlwt tiap2 hr, atau mlh tiap2 hbs shlt. Asal
memotivasi dg tnp nyebut hadits, msh gpp. Misal, u/ sbnyk2nya dpt
kbaikan.
#Rajab 7. Pokoknya, ushkn brtradisi ilmu, tnp ngotot, tnp urat leher
keluar, tnp tanda seru, &ttp saling mmpelajari, &memahami.
#Rajab 8. Jika ditemukan yg satu lbh kuat, maka kebaikan buat yg satu
jika kemudian mengikuti pendapat itu. Dg ttp kalem, santun.
#Rajab 9. Tp u/ hal2 prinsip kyk ladygaga, islam liberal, ahmadiyah,
ya g pk kalem. Kenceng2an aja. Sbb ursnnya dah ama ‘aqidah&akhlak.
#Rajab 10. Nasihat&doa jg adlh jg senjata. Kafir ga kafir, sdr
stnh air. Saleh ga saleh, sdr stnh air. Pake jg nasihat&doa sbg yg
diutmkn.
#Rajab 11. Ursn ladygaga, siapa yg dinasihati? Ladygaganya? He he,
berat. Kudu ikut turnya malah, he he. Produsernya aja. Deketan.
#Rajab 12. Dan “teknologi” doa itu mmbuat deket orang. Yg ga kenal,
pun bs tembus. Doain produsernya dkknya, agar mmbatalkan dari hati mrk.
#Rajab 13. Masa iya sih didoain rame2, ga tembus. Doain jg para
pengambil keputusan spy tepat. Mikirin dampak kerusuhan, keributan.
#Rajab 14. Tweet ini pake mesin. Saya dah nulis duluan, he he he.
Jadi kalo ampe nabrak shubuh, toh bacanya stlh shubuh. Tp nulisnya,
saya.
#Rajab 15. Doain, mau ke Lahat. Ok, terus belajar. Trmasuk belajar
brdamai dg perbedaan yg ga prinsip, sbb ketidaktahuan, kelalaian.
#Rajab 16. Dan bljr jg bela agama, bela negara. Spy ga lembek2 amat. Kalo diinjek, ya bereaksi lah. Kudu pinter2 dah intinya.
#Rajab 17. Selamat memasuki bulan Rajab. Bulan ini ada Isra Mi’raj,
peristiwa yg kudu dipelajari trsendiri. Perintah shalat oleh2nya.
#Rajab 18. “Gimana hukumnya Isra Mi’raj…?”, ini jg panjangxlbr.
Pelajari dah ya. Tp bkn dg smngt perang. Smngt dakwah, ngaji, syiar.
#Rajab 19. Ga pantes ribut. Cari titik yg bs bareng2nya, bs
ketemunya. Sama musuh kdng qt bs berdamai, santun. Masa sm kwn, sdr
sndr, g bs?
#Rajab 20. Keras, sama tegas, beda. Kasar, sama bela diri, bela agama, bela negara, beda. Kpn dipakenya, ini soal seni.
#Rajab 21. Saya nih, kalo ngeliat saudara berantem, berkelahi,
digebukin, ga bakal tinggal diem. Tapi tinggal lari, he he he… Gedubrak…
#Rajab 22. Relai&cr tau knp sdr qt digebukin. Jk didapati dia
slh, qt yg mmproses hukum. Namun jk dia adlh korban, qt bela hak2nya.
#Rajab 23. Gitu lah kira2. Tweet ini disetting pas selesai jam 5pg.
Met liat antv. Doakan sy, klg, &klg pesantren DQ ya. Doa sy u
smuanya.
#Rajab 24. Skali lg, trusin soal puasanya, tp jgn dikhususkn.
Melainkan puasa sunnah biasa aja. Sip. Didoain diterima amal2nya. Saling
doa.
Puasa dan Keutamaan Rajab
Bulan Rajab adalah bulan ke tujuh dari bulan hijriah (penanggalan Arab dan Islam). Peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad shalallah ‘alaih wasallam untuk menerima perintah salat lima waktu diyakini terjadi pada 27 Rajab ini.
Bulan Rajab juga merupakan salah satu bulan haram atau muharram yang artinya bulan yang dimuliakan. Dalam tradisi Islam dikenal ada empat bulan haram, ketiganya secara berurutan adalah: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satu bulan yang tersendiri, Rajab.
Dinamakan bulan haram karena pada bulan-bulan tersebut orang Islam dilarang mengadakan peperangan. Tentang bulan-bulan ini, Al-Qur’an menjelaskan:
“ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang
lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat
itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun
memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta
orang-orang yang bertakwa.”
Hukum Puasa Rajab
Ditulis oleh al-Syaukani, dalam Nailul Authar,
bahwa Ibnu Subki meriwayatkan dari Muhammad bin Manshur al-Sam'ani yang
mengatakan bahwa tak ada hadis yang kuat yang menunjukkan kesunahan
puasa Rajab secara khusus. Disebutkan juga bahwa Ibnu Umar memakruhkan
puasa Rajab, sebagaimana Abu Bakar al-Tarthusi yang mengatakan bahwa
puasa Rajab adalah makruh, karena tidak ada dalil yang kuat.
Namun demikian, sesuai pendapat al-Syaukani, bila semua hadis yang secara khusus menunjukkan keutamaan bulan Rajab dan disunahkan puasa di dalamnya kurang kuat dijadikan landasan, maka hadis-hadis Nabi yang menganjurkan atau memerintahkan berpuasa dalam bulan- bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab itu cukup menjadi hujjah atau landasan. Di samping itu, karena juga tidak ada dalil yang kuat yang memakruhkan puasa di bulan Rajab.
Namun demikian, sesuai pendapat al-Syaukani, bila semua hadis yang secara khusus menunjukkan keutamaan bulan Rajab dan disunahkan puasa di dalamnya kurang kuat dijadikan landasan, maka hadis-hadis Nabi yang menganjurkan atau memerintahkan berpuasa dalam bulan- bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab itu cukup menjadi hujjah atau landasan. Di samping itu, karena juga tidak ada dalil yang kuat yang memakruhkan puasa di bulan Rajab.
Diriwayatkan
dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah bersabda "Puasalah pada
bulan-bulan haram (mulia)." (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Hadis lainnya adalah riwayat al-Nasa'i dan Abu Dawud (dan disahihkan
oleh Ibnu Huzaimah): "Usamah berkata pada Nabi Muhammad Saw, “Wahai
Rasulallah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak
yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban. Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban
adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan
orang.'"
Menurut al-Syaukani dalam Nailul Authar, dalam bahasan puasa sunnah, ungkapan Nabi, "Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan kebanyakan orang" itu secara implisit menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di dalamnya.
Keutamaan berpuasa pada bulan haram
juga diriwayatkan dalam hadis sahih imam Muslim. Bahkan berpuasa di
dalam bulan-bulan mulia ini disebut Rasulullah sebagai puasa yang paling
utama setelah puasa Ramadan. Nabi bersabda : “Seutama-utama puasa
setelah Ramadan adalah puasa di bulan-bulan al-muharram (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab).
Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum al-Din menyatakan bahwa kesunnahan berpuasa menjadi lebih kuat jika dilaksanakan pada hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah).
Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan dan
tiap minggu. Terkait siklus bulanan ini Al-Ghazali menyatakan bahwa
Rajab terkategori al-asyhur al-fadhilah di samping dzulhijjah, muharram dan sya’ban. Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum di samping dzulqa’dah, dzul hijjah, dan muharram.
Disebutkan dalam Kifayah al-Akhyar, bahwa bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah Ramadan adalah bulan- bulan haram
yaitu dzulqa’dah, dzul hijjah, rajab dan muharram. Di antara keempat
bulan itu yang paling utama untuk puasa adalah bulan al-muharram,
kemudian Sya’ban. Namun menurut Syaikh Al-Rayani, bulan puasa yang utama
setelah al-Muharram adalah Rajab.
Terkait
hukum puasa dan ibadah pada Rajab, Imam Al-Nawawi menyatakan “Memang
benar tidak satupun ditemukan hadits shahih mengenai puasa Rajab, namun
telah jelas dan shahih riwayat bahwa Rasul saw menyukai puasa dan
memperbanyak ibadah di bulan haram, dan Rajab adalah salah satu dari bulan haram,
maka selama tak ada pelarangan khusus puasa dan ibadah di bulan Rajab,
maka tak ada satu kekuatan untuk melarang puasa Rajab dan ibadah lainnya
di bulan Rajab” (Syarh Nawawi ‘ala Shahih Muslim).
Berikut beberapa hadis yang menerangkan keutamaan dan kekhususan puasa bulan Rajab:
- · Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah shalallahu ‘alahi wassalam memasuki bulan Rajab beliau berdo’a:“Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab (ini) dan (juga) Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik).
- "Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan."
- Riwayat al-Thabarani dari Sa'id bin Rasyid: “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya....."
- "Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut".
- Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi Muhammad Saw bersabda: "Rajab itu bulannya Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku."
- Sabda Rasulullah SAW lagi : “Pada malam mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?”Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau di bulan Rajab ini”.
Mengamalkan Hadis Daif Rajab
Ditegaskan oleh Imam Suyuthi dalam kitab al-Haawi lil Fataawi bahwa hadis-hadis tentang keutamaan dan kekhususan puasa Rajab tersebut terkategori dha'if (lemah atau kurang kuat).
Namun
dalam tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah sebagaimana biasa diamalkan para
ulama generasi salaf yang saleh telah bersepakat mengamalkan hadis dha’if dalam konteks fada’il al-a’mal (amal- amal utama).
Syaikhul Islam al-Imam al-Hafidz al- ‘Iraqi dalam al-Tabshirah wa al- tadzkirah mengatakan:
“Adapun hadis dha’if yang tidak maudhu’
(palsu), maka para ulama telah memperbolehkan mempermudah dalam sanad
dan periwayatannya tanpa menjelaskan kedha’ifannya, apabila hadis itu
tidak berkaitan dengan hukum dan akidah, akan tetapi berkaitan dengan targhib (motivasi ibadah) dan tarhib (peringatan) seperti nasehat, kisah-kisah, fadha’il al-a’mal dan lain- lain.” (http://www.pesantrenvirtual.com)
Rajab adalah bulan ke tujuh dari penggalan Islam qomariyah (hijriyah). Peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad shalallah ‘alaih wasallam untuk menerima perintah salat lima waktu terjadi pada 27 Rajab ini.
Bulan Rajab juga merupakan salah satu bulan haram, artinya bulan yang dimuliakan. Dalam tradisi Islam dikenal ada empat bulan haram, ketiganya secara berurutan adalah: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satu bulan yang tersendiri, Rajab.
Dinamakan bulan haram karena pada bulan-bulan tersebut orang Islam dilarang mengadakan peperangan. Tentang bulan-bulan ini, Al-Qur’an menjelaskan:
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
Hukum Puasa Rajab
Hadis-hadis Nabi yang menganjurkan atau memerintahkan berpuasa dalam bulan- bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) itu cukup menjadi hujjah atau landasan mengenai keutamaan puasa di bulan Rajab.
Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah bersabda "Puasalah pada bulan-bulan haram." (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Hadis lainnya adalah riwayat al-Nasa'i dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah): "Usamah berkata pada Nabi Muhammad Saw, “Wahai Rasulallah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban. Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.'"
Menurut as-Syaukani dalam Nailul Authar, dalam bahasan puasa sunnah, ungkapan Nabi, "Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan kebanyakan orang" itu secara implisit menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di dalamnya.
Keutamaan berpuasa pada bulan haram juga diriwayatkan dalam hadis sahih imam Muslim. Bahkan berpuasa di dalam bulan-bulan mulia ini disebut Rasulullah sebagai puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan. Nabi bersabda : “Seutama-utama puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan-bulan al-muharram (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab).
Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumid-Din menyatakan bahwa kesunnahan berpuasa menjadi lebih kuat jika dilaksanakan pada hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah). Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan dan tiap minggu. Terkait siklus bulanan ini Al-Ghazali menyatakan bahwa Rajab terkategori al-asyhur al-fadhilah di samping dzulhijjah, muharram dan sya’ban. Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum di samping dzulqa’dah, dzul hijjah, dan muharram.
Disebutkan dalam Kifayah al-Akhyar, bahwa bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah Ramadan adalah bulan- bulan haram yaitu dzulqa’dah, dzul hijjah, rajab dan muharram. Di antara keempat bulan itu yang paling utama untuk puasa adalah bulan al-muharram, kemudian Sya’ban. Namun menurut Syaikh Al-Rayani, bulan puasa yang utama setelah al-Muharram adalah Rajab.
Terkait hukum puasa dan ibadah pada Rajab, Imam Al-Nawawi menyatakan, telah jelas dan shahih riwayat bahwa Rasul SAW menyukai puasa dan memperbanyak ibadah di bulan haram, dan Rajab adalah salah satu dari bulan haram, maka selama tak ada pelarangan khusus puasa dan ibadah di bulan Rajab, maka tak ada satu kekuatan untuk melarang puasa Rajab dan ibadah lainnya di bulan Rajab” (Syarh Nawawi ‘ala Shahih Muslim).
Hadis Keutamaan Rajab
Berikut beberapa hadis yang menerangkan keutamaan dan kekhususan puasa bulan Rajab:
• Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah SAW memasuki bulan Rajab beliau berdo’a:“Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab (ini) dan (juga) Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik).
• "Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan."
• Riwayat al-Thabarani dari Sa'id bin Rasyid: “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya....."
• "Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut".
• Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Rajab itu bulannya Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku."
• Sabda Rasulullah SAW lagi : “Pada malam mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?”Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau di bulan Rajab ini”. (http://www.nu.or.id)
Bulan Rajab juga merupakan salah satu bulan haram, artinya bulan yang dimuliakan. Dalam tradisi Islam dikenal ada empat bulan haram, ketiganya secara berurutan adalah: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satu bulan yang tersendiri, Rajab.
Dinamakan bulan haram karena pada bulan-bulan tersebut orang Islam dilarang mengadakan peperangan. Tentang bulan-bulan ini, Al-Qur’an menjelaskan:
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
Hukum Puasa Rajab
Hadis-hadis Nabi yang menganjurkan atau memerintahkan berpuasa dalam bulan- bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) itu cukup menjadi hujjah atau landasan mengenai keutamaan puasa di bulan Rajab.
Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah bersabda "Puasalah pada bulan-bulan haram." (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Hadis lainnya adalah riwayat al-Nasa'i dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah): "Usamah berkata pada Nabi Muhammad Saw, “Wahai Rasulallah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban. Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.'"
Menurut as-Syaukani dalam Nailul Authar, dalam bahasan puasa sunnah, ungkapan Nabi, "Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan kebanyakan orang" itu secara implisit menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di dalamnya.
Keutamaan berpuasa pada bulan haram juga diriwayatkan dalam hadis sahih imam Muslim. Bahkan berpuasa di dalam bulan-bulan mulia ini disebut Rasulullah sebagai puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan. Nabi bersabda : “Seutama-utama puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan-bulan al-muharram (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab).
Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumid-Din menyatakan bahwa kesunnahan berpuasa menjadi lebih kuat jika dilaksanakan pada hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah). Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan dan tiap minggu. Terkait siklus bulanan ini Al-Ghazali menyatakan bahwa Rajab terkategori al-asyhur al-fadhilah di samping dzulhijjah, muharram dan sya’ban. Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum di samping dzulqa’dah, dzul hijjah, dan muharram.
Disebutkan dalam Kifayah al-Akhyar, bahwa bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah Ramadan adalah bulan- bulan haram yaitu dzulqa’dah, dzul hijjah, rajab dan muharram. Di antara keempat bulan itu yang paling utama untuk puasa adalah bulan al-muharram, kemudian Sya’ban. Namun menurut Syaikh Al-Rayani, bulan puasa yang utama setelah al-Muharram adalah Rajab.
Terkait hukum puasa dan ibadah pada Rajab, Imam Al-Nawawi menyatakan, telah jelas dan shahih riwayat bahwa Rasul SAW menyukai puasa dan memperbanyak ibadah di bulan haram, dan Rajab adalah salah satu dari bulan haram, maka selama tak ada pelarangan khusus puasa dan ibadah di bulan Rajab, maka tak ada satu kekuatan untuk melarang puasa Rajab dan ibadah lainnya di bulan Rajab” (Syarh Nawawi ‘ala Shahih Muslim).
Hadis Keutamaan Rajab
Berikut beberapa hadis yang menerangkan keutamaan dan kekhususan puasa bulan Rajab:
• Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah SAW memasuki bulan Rajab beliau berdo’a:“Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab (ini) dan (juga) Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik).
• "Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan."
• Riwayat al-Thabarani dari Sa'id bin Rasyid: “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya....."
• "Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut".
• Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Rajab itu bulannya Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku."
• Sabda Rasulullah SAW lagi : “Pada malam mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?”Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau di bulan Rajab ini”. (http://www.nu.or.id)
Lagi trend saat ini, sebagian kita mengirimkan pesan kepada saudara
lainnya untuk mengajak berpuasa di bulan Rajab. Kita sudah ketahui
bersama bahwa bulan Rajab adalah di antara bulan haram, artinya
menunjukkan bulan yang mulia. Beramal sholih dan meninggalkan maksiat
diperintahkan ketika itu. Namun bagaimana jika kita menjadikan puasa
khusus yang hanya spesial di bulan Rajab? Apalagi ditambah dengan tidak
adanya dalil pendukung atau dalilnya lemah (dho’if) bahkan palsu (maudhu’)? Tulisan kali ini akan sedikit memaparkan perkataan para ulama mengenai anjuran puasa di bulan Rajab.
Ada dalil yang berisi anjuran berpuasa di bulan haram dan bulan Rajab adalah di antara bulan haram. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ุตُู
ْ ู
ِْู ุงْูุญُุฑُู
ِ َูุงุชْุฑُْู
“Berpuasalah pada bulan haram dan tinggalkanlah.” (HR. Abu Daud no. 2428). Namun hadits ini didho’ifkan oleh Syaikh Al Albani dalam Dho’if Abu Daud.
Taruhlah jika hadits tersebut shahih, itu berarti hadits tersebut
menunjukkan keutamaan berpuasa pada bulan-bulan haram (Dzulqo’dah,
Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), bukan berpuasa pada bulan Rajab saja.
Jika seseorang berpuasa pada bulan Rajab karena mengamalkan hadits di
atas, seharusnya ia berpuasa pula pada bulan haram yang lain, maka
seperti itu tidaklah masalah. Jika berpuasa khusus pada bulan Rajab
saja, itulah yang masalah. Demikian keterangan dari Syaikh Sholih Al
Munajjid dalam fatwa yang sama.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Adapun melakukan puasa khusus di bulan Rajab, maka sebenarnya itu semua berdasarkan hadits yang seluruhnya lemah (dho’if) bahkan palsu (maudhu’).
Para ulama tidaklah pernah menjadikan hadits-hadits ini sebagai
sandaran. Bahkan hadits-hadits yang menjelaskan keutamaannya adalah
hadits yang maudhu’ (palsu) dan dusta. Dalam musnad dan selainnya disebutkan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam
bahwa beliau memerintahkan untuk berpuasa pada bulan haram, yaitu
Rajab, Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. Hadits ini menunjukkan puasa
pada empat bulan tersebut seluruhnya, bukan hanya khusus di bulan
Rajab.” (Majmu’ Al Fatawa, 25/290-291).
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits yang menunjukkan keutamaan puasa Rajab secara khusus tidaklah shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabatnya.” (Latho’if Al Ma’arif, hal. 213). Ibnu Rajab
menjelaskan pula, “Sebagian salaf berpuasa pada bulan haram seluruhnya
(bukan hanya pada bulan Rajab saja, pen). Sebagaimana hal ini dilakukan
oleh Ibnu ‘Umar, Al Hasan Al Bashri, dan Abu Ishaq As Sabi’iy. Ats
Tsauri berkata, “Bulan haram sangat kusuka berpuasa di dalamnya.”
(Latho’if Al Ma’arif, hal. 214).
Ibnu Rajab kembali berkata, “Tidak dimakruhkan jika seseorang
berpuasa Rajab namun disertai dengan puasa sunnah pada bulan lainnya.
Demikian pendapat sebagian ulama Hambali. Seperti misalnya ia berpuasa
Rajab disertai pula dengan puasa pada bulan haram lainnya. Atau bisa
pula dia berpuasa Rajab disertai dengan puasa pada bulan Sya’ban.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa Ibnu ‘Umar dan ulama lainnya berpuasa
pada bulan haram (bukan hanya bulan Rajab saja). Ditegaskan pula oleh
Imam Ahmad bahwa siapa yang berpuasa penuh pada bulan Rajab, maka saja
ia telah melakukan puasa dahr yang terlarang (yaitu berpuasa setahun penuh).” (Latho’if Al Ma’arif, hal. 215).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Setiap hadits yang
membicarakan puasa Rajab dan shalat pada sebagian malam (seperti shalat
setelah Maghrib pada malam-malam pertama bulan Rajab, pen), itu
berdasarkan hadits dusta.” (Al Manar Al Munif, hal. 49).
Penulis Fiqh Sunnah, Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah berkata,
“Adapun puasa Rajab, maka ia tidak memiliki keutamaan dari bulan haram
yang lain. Tidak ada hadits shahih yang menyebutkan keutamaan puasa
Rajab secara khusus. Jika pun ada, maka hadits tersebut tidak bisa
dijadikan dalil pendukung.” (Fiqh Sunnah, 1: 401).
Sebagaimana dinukil oleh Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah (1: 401),
Ibnu Hajar Al Asqolani berkata, “Tidak ada dalil yang menunjukkan
keutamaan puasa di bulan Rajab atau menjelaskan puasa tertentu di bulan
tersebut. Begitu pula tidak ada dalil yang menganjurkan shalat malam
secara khusus pada bulan Rajab. Artinya, tidak ada dalil shahih yang
bisa jadi pendukung.”
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah
berkata, “Puasa pada hari ke-27 dari bulan Rajab dan qiyamul lail
(shalat malam) pada malam tersebut serta menjadikannya sebagai suatu
kekhususan pada hari itu, hal ini berarti bid’ah. Dan setiap bid’ah
adalah sesat.” (Majmu’ Fatawa Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, 20: 440).
Syaikh Sholih Al Munajjid hafizhohullah berkata, “Adapun
mengkhususkan puasa pada bulan Rajab, maka tidak ada hadits shahih yang
menunjukkan keutamaannya atau menunjukkan anjuran puasa saat bulan
Rajab. Yang dikerjakan oleh sebagian orang dengan mengkhususkan sebagian
hari di bulan Rajab untuk puasa dengan keyakinan bahwa puasa saat itu
memiliki keutamaan dari yang lainnya, maka tidak ada dalil yang
mendukung hal tersebut.” (Fatwa Al Islam Sual wal Jawab no. 75394)
Jika ingin puasa di bulan Rajab karena ada kebiasaan seperti punya
kebiasaan puasa daud, puasa senin kamis, puasa ayyamul bidh atau puasa
tiga hari setiap bulannya, ini berarti tidak mengkhususkan bulan Rajab
dengan puasa tertentu dan tidaklah masalah meneruskan kebiasaan baik
seperti ini.
Ingatlah sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, janganlah membuat-buat amalan yang tanpa tuntunan.(http://rumaysho.com)
Sabtu, 19 Mei 2012
Kamis, 17 Mei 2012
Mencari Jodoh Dalam Islam
Urusan Jodoh itu ditangan Allah SWT, nah lalu bagaimana cara mengenali
jodoh dalam islam. Tips ini berguna bagi anda yang sedang mencari jodoh
dari ustad cinta, Restu Sugiharto. Menurut ustad ini ......
Tanda jodoh dalam Islam itu adalah “3M”. Apa itu?
Siapa yang paling bisa Memaklumi, Memaafkan dan Memotivasi kita ke arah yang lebih baik Insya Allah itu jodoh kita
Jadi kalau mau mencari jodoh, carilah yang bisa melakukan 3M diatas supaya hubungan cinta dapat langgeng dan tidak tercerai berai alias cerai. Jadi jodoh itu jangan berdasarkan nafsu (ganteng, kaya, dsb) tapi haruslah berdasarkan Islam (kuat aqidahnya, rajin ibadah dan indah akhlaknya).
Menurut Ustad yang juga dikenal sebagai pakar perjodohan dan pemilik pengajian Mujahadah Cinta Keluarga, jika cinta itu menurut Islam maka cinta itu datangnya dari Allah.
Stttttttt! Jangan percaya ama ramalan jodoh atau cinta monyet. Karena itu bukan jodoh yang sesungguhnya.
Cukup ingat 3M diatas supaya kamu benar-benar mendapatkan Jodoh menurut Islam yang dapat membahagiakan dalam hidupmu kelak. Mencari jodoh berdasarkan Islam. Insya Allah akan membahagiakan hidupmu baik dunia maupun akhirat. (sumber : Ustad Restu Sugiharto)
Artinya :
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS.Al Furqon [25:74])
Kalau dia bukan jodohku,
Jangan sampai dia dapat jodoh yang lain selain aku…
Artinya: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidupku seorang diri, dan Engkaulah pewaris yang paling baik." (QS. Al-Anbiyai': 89).
Artinya: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sungguh Engkau Maha Pendengar doa." (QS. Ali 'Imron: 38).
Penjelasan:
Tanda jodoh dalam Islam itu adalah “3M”. Apa itu?
Siapa yang paling bisa Memaklumi, Memaafkan dan Memotivasi kita ke arah yang lebih baik Insya Allah itu jodoh kita
Jadi kalau mau mencari jodoh, carilah yang bisa melakukan 3M diatas supaya hubungan cinta dapat langgeng dan tidak tercerai berai alias cerai. Jadi jodoh itu jangan berdasarkan nafsu (ganteng, kaya, dsb) tapi haruslah berdasarkan Islam (kuat aqidahnya, rajin ibadah dan indah akhlaknya).
Menurut Ustad yang juga dikenal sebagai pakar perjodohan dan pemilik pengajian Mujahadah Cinta Keluarga, jika cinta itu menurut Islam maka cinta itu datangnya dari Allah.
Stttttttt! Jangan percaya ama ramalan jodoh atau cinta monyet. Karena itu bukan jodoh yang sesungguhnya.
Cukup ingat 3M diatas supaya kamu benar-benar mendapatkan Jodoh menurut Islam yang dapat membahagiakan dalam hidupmu kelak. Mencari jodoh berdasarkan Islam. Insya Allah akan membahagiakan hidupmu baik dunia maupun akhirat. (sumber : Ustad Restu Sugiharto)
Rabbana hab lana min azwajina wa dzuriyyatina qurrata a’yunin waj’alna lil muttaqina limaman
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS.Al Furqon [25:74])
Doa yang diamalkan oleh Nabi Zakaria A.S :
Ya Tuhan, kalau dia memang jodohku,
dekatkanlah….
dekatkanlah….
Tapi kalau bukan jodohku,
maka jodohkanlah…
maka jodohkanlah…
Jika dia tidak sejodoh denganku,
maka jadikanlah kami jodoh…
maka jadikanlah kami jodoh…
Kalau dia bukan jodohku,
Jangan sampai dia dapat jodoh yang lain selain aku…
Kalau dia tidak dapat dijodohkan denganku,
Jangan sampai dia dapat jodoh yang lain, biarkan dia tidak berjodoh sama seperti diriku,
Jangan sampai dia dapat jodoh yang lain, biarkan dia tidak berjodoh sama seperti diriku,
Dan semasa dia telah tidak memiliki jodoh,
Jodohkanlah kami kembali…
Jodohkanlah kami kembali…
Kalau dia jodoh orang lain,
Putuskanlah, Jodohkanlah denganku..
Putuskanlah, Jodohkanlah denganku..
Jika dia tetap menjadi jodoh orang lain,
Biar orang itu bertemu jodoh dengan yang lain dan kemudian
Jodohkanlah kembali dia denganku…
Biar orang itu bertemu jodoh dengan yang lain dan kemudian
Jodohkanlah kembali dia denganku…
Do'a Mohon Jodoh dan Keturunan yang Baik
Artinya: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidupku seorang diri, dan Engkaulah pewaris yang paling baik." (QS. Al-Anbiyai': 89).
Artinya: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sungguh Engkau Maha Pendengar doa." (QS. Ali 'Imron: 38).
Penjelasan:
Doa
di atas baik sekali dibaca oleh orang-orang yang belum mempunyai
keturunan dan pasangan hidup. Juga baik sekali dibaca oleh setiap muslim
agar diberi keturunan yang shalih.
Kedua ayat diatas merupakan
doanya Nabi Zakariya a.s. agar diberi keturunan sebagai pelenjut
perjuangannya menegakkan agama Allah. Kisah Nabi Zakaria bisa dilihat
dalam Al-Our'an Surah Al-Anbiya' ayat, 89-90; Ali-'Imron, 38-41.
Selasa, 15 Mei 2012
Senin, 14 Mei 2012
Mega Mendung Sabirin Sulaiman 6-7 April 2012
Akhirnya Keluarga Besar Sabirin Sulaiman bisa Liburan bareng pada hari Jumat 6 & Sabtu 7 April 2012, yaaa meski banyak juga yg ga bisa ikutan dateng ngumpul, tapi ini juga udah alhamdulillah banget. Karena udah lama banget kita keluarga besar Sabirin Sulaiman engga kumpul bareng di luar. Yang bisa dateng di acara kumpul bareng ini : mulai dari Anak 1 nenek (One) ga ada yang dateng ngewakilin, Anak 2 : Ria, Nabila n gw (puspa), Anak 3 : Uniang, winda, anton, fattah, dini, Anak 4 : Unang, Anti, Fatur, Anton, Om Arman, Anak 5 : Tan Ita, Anak 6 : Tan Eli + Erik, Anak 7 : Tan Ides, Om Iyus, Rian, Johan, Andri, Anak 8 : Om Awin + Tan Eti, Anak 9 : Om Didi, Putri, Dewi, Anak 10 : Om Iwan, Tan Tina, Iyang , Ijul, Anak 11 : Tan Yanti, + Tamu yang dateng ada Om Hudi sahabatnya Om Iwan
Kamis, 10 Mei 2012
Rabu, 09 Mei 2012
NgUaanTuk---nyaa PuuuOoLL
Ampuunn bgt, ni hari nguantuknya puuoolll betdah.....gara2 semalem tidurnya hampir jam 3 pagi, kebetulan ada salah satu stasiun Tv yg nayangin Koes Plus (@RadioShow_tvOne), jadilah nonton sampe abis.....Alhamdulillahnya ni hari Rabu santaii bgt siarannya, ga ada talkshow atw interview artis...N di dukung sama suasana kantor yg kebetulan bgt ni hari juga sepii aja.....Hmmmm tambah buat gw nguantuk.
Meski td udh dibuatin kopi sm OB, tetep aja ga ngaruh, ngantuk obatnya ya bantal alias tidorr. tahan....tahan....tinggal 2 jaman lagi siarannya...secara gw nulis ini masih jam 11.30 siang....makanya biar ga ngamtuk, iseng2 gw nulis di blog gw aja......mata rasanya udh berat bgt, pengen gw ganjel pake pentol korek dah.....hadehhh...mana produser gw Ratih ga masuk, ank2 yg lain jg tumben bgt ni hari pd blm dateng, tau masuk, tau kaga dah.....lah udh jam 11 lewat gini, belom pd dateng......mana lagu2 yg di Playlist MD gw Irwan melow-melow betdah....cocok dah!! tambah nguantukkk....*cakeepp*11.44
Ngapain lagi yaaa??? *Hmmmmmm* eh iseng cari2 Video Lucu aja aahhhhhh....... >>>>>>
Selasa, 08 Mei 2012
Kedudukan Keluarga Dalam Islam
Keluarga
merupakan sebuah pondasi dan institusi yang paling dicintai dalam
Islam. Masyarakat terbentuk dari unit-unit yang lebih kecil dan keluarga
merupakan unit yang paling kuno dan alami serta titik diawalinya
kehidupan manusia.
Keluarga adalah pusat perkumpulan dan poros untuk melestarikan
tradisi-tradisi serta tempat untuk menyemai kasih sayang dan emosional.
Unit ini ibarat landasan sebuah komunitas dan ketahanannya akan
mendorong ketangguhan sebuah masyarakat.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa sebagai institusi terkecil dalam masyarakat,
keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan
pembangunan sebuah bangsa. Hal ini terkait erat dengan fungsi keluarga
sebagai wahana pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.
Keluarga
memiliki peran fundamental dalam menjaga bangsa-bangsa dari dekadensi
dan kehancuran. Karena itu, undang-undang juga harus disusun untuk
mempermudah terbentuknya keluarga, memelihara kesuciannya, dan
memperkuat hubungan kekeluargaan berdasarkan hak-hak dan etika Islam.
Dari segi psikologi, keluarga juga punya peranan penting dalam meredam
emosi, mencegah depresi, dan memberi dampak-dampak psikis lain bagi
seseorang. Anak-anak yang kehilangan orang tuanya akan larut dalam
kesedihan, diliputi rasa takut, bersikap emosi, dan kehilangan rasa
tenang. Dari sini terlihat kontribusi positif keluarga dalam menjaga
kesehatan mental dan memberi ketahanan terhadap tekanan-tekanan jiwa dan
depresi.
Tulisan
ini mencoba meneliti dan mengkaji kedudukan keluarga dalam kitab suci
al-Quran dan riwayat. Kitab wahyu ini dalam berbagai ayatnya menyinggung
sejumlah masalah seputar keluarga antara lain, prinsip kesucian
keluarga dan prinsip pernikahan. Ini adalah bukti bahwa prinsip
pernikahan memiliki berbagai aspek dan juga punya dampak multi dimensi.
Kedua Orang Tua; Poros Keluarga
Kedua
orang tua sebagai poros keluarga mendapat perhatian dan perlakuan
khusus dalam Islam. Al-Quran setelah memberi perintah menyembah Allah
Swt dan larangan menyekutukan-Nya, juga memerintahkan untuk berbuat baik
kepada kedua orang tua.
Dalam surat An-Nisaa’ ayat 36, Allah Swt berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” Surat Al-An’am ayat 151 menyebutkan, “Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” Sementara surat Al-Israa’ menyatakan, “Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Seorang
mufassir besar Islam, Allamah Thabathabai ketika menafsirkan ayat 151
surat Al-An’am dalam tafsir al-Mizan menulis, ayat ini menunjukkan bahwa
durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa yang paling besar setelah
menyekutukan Allah Swt, sebab kelestarian generasi umat manusia
tergantung pada eksistensi keluarga yang dibangun atas dasar mawaddah
dan rahmah. Dengan melemahnya pilar-pilar keluarga, masyarakat yang
terdiri dari individu-individu tidak lagi memiliki kekerabatan di antara
mereka dan juga hubungan kasih sayang. Pada akhirnya, masyarakat akan
tercerai-berai dan kebahagiaan dunia dan akhirat mereka akan binasa.
Imam
Ali Zainal Abidin As-Sajjad as dalam Risalatul Huquqnya mengatakan,
“Adapun hak seorang ibu atas engkau, ketahuilah bahwa ia telah
mengandungmu saat tidak ada orang lain yang berbuat seperti itu, ia
mempertaruhkan hidupnya demi engkau ketika tidak ada orang lain yang
melakukan seperti itu, dan ia memuaskan dahaga seluruh anggota tubuhmu.
Ia menutupi dirimu saat engkau tidak memiliki penutup, ia rela diterpa
terik matahari sementara engkau terlindungi, ia melupakan tidurnya demi
dirimu dan menghabiskan waktunya untukmu di tengah terik panas dan
dingin yang menggigil. Dan engkau tidak punya kemampuan untuk
berterimakasih kepadanya kecuali dengan pertolongan Tuhan. Sementara hak
ayahmu atas engkau, ketahuilah bahwa ia adalah akar dan dasar
keberadaanmu. Jika ia tiada, engkau pun tidak akan pernah ada.”
Dalam surat Ibrahim ayat 24-26, Allah Swt berfirman: “Tidakkah
engkau perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya kokoh dan cabangnya (menjulang) ke
langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan izin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon
yang buruk pula, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi;
tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.”
Pernikahan, Mukaddimah Membangun Keluarga
Membangun
keluarga merupakan upaya yang wajib ditempuh oleh setiap pasangan yang
diawali dengan pernikahan. Pernikahan adalah hal mendasar dalam
membentuk sebuah keluarga Islami. Tanpa pernikahan, mustahil sebuah
keluarga akan mencapai kebahagiaan-kebahagiaan yang dijanjikan Islam.
Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah Swt yang menyebarkan agama Islam
di bumi ini, memuji institusi keluarga sebagai bagian dari sunah beliau.
Dengan demikian, sebuah pernikahan harus betul-betul direncanakan
dengan baik dan matang. Termasuk dalam hal ini adalah pemilihan pasangan
hidup, yang bukan hanya sekedar atas pertimbangan kecantikan/ketampanan
atau pekerjaan dan status sosial ekonominya, tetapi juga agama dan
kualitas keluarga tersebut.
Pernikahan
adalah sebuah sunnah Ilahi yang tidak mengalami perubahan. Dalam
al-Quran, perkawinan tidak hanya diperuntukkan untuk manusia, tapi juga
bagi seluruh makhluk hidup. Allah Swt berfirman: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan.” (QS: Adz-Dzaariyat).
Allamah
Thabathabai dalam tafsir al-Mizan menuturkan, “Perkawinan merupakan
bagian alamiah dari manusia dan juga seluruh binatang. Tradisi sosial
ini terdapat di tengah seluruh bangsa dan akan selalu ada. Hal ini bukti
atas dimensi fitrah perkawinan dan mengingat Islam sebagai agama
fitrah, maka agama ini memberikan sakralitas kepada pernikahan.”
Pernikahan
merupakan sebuah ikatan suci untuk mencapai kebahagiaan dan
melestarikan generasi manusia. Islam memberikan perhatian khusus kepada
masalah ini dan menjadikannya sesuatu yang sakral. Sakralitas pernikahan
tertuang dalam berbagai riwayat dan bermacam ungkapan antara lain:
1. Pernikahan
adalah sunnah Rasul Saw. “Nikah adalah sunnahku dan barangsiapa yang
membenci sunnahku, maka ia bukan dari golonganku.”
2. Keluarga
merupakan landasan dan asas yang paling dicintai dalam Islam. Imam Ali
Ridha as berkata: “Dalam Islam tidak dibangun sebuah landasan yang
paling dicintai oleh Allah Swt selain pernikahan.”
3. Pernikahan
akan menjaga agama seseorang. Imam Jakfar Shadiq as berkata:
“Barangsiapa yang sudah melakukan pernikahan, maka ia telah menjaga
setengah agamanya dan jagalah setengahnya lagi dengan ketaqwaan.”
4. Ada
banyak keutamaan yang didapatkan oleh orang yang sudah menikah. Imam
Jakfar Shadiq berkata: “Dua rakaat shalat yang didirikan oleh orang yang
sudah menikah lebih utama dari 70 rakaat shalat orang yang belum
berkeluarga.”
Selain
riwayat yang mendorong seseorang untuk melakukan pernikahan dan
membentuk rumah tangga, Islam juga menyinggung beberapa filosofi
pernikahan yang bertujuan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia
dan akhirat.
a. Pernikahan, kunci ketenangan dan kedamaian
Dalam
al-Quran surat Al-A’raf ayat 189, Allah Swt berfirman: “Dialah yang
menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan
istrinya agar dia merasa tenang.” Ayat ini menegaskan bahwa laki-laki
dan perempuan berasal dari diri yang satu dan pernikahan sebagai kunci
ketenangan. Dalam surat Ar-Ruum ayat 21, Allah Swt berfirman: “Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadnya, dan dijadikan-Nya di antaramu kasih sayang dan rahmat.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir.”
Pernikahan
akan menghadirkan ketenangan, karena laki-laki dan perempuan adalah
pelengkap dan pemberi rasa bahagia satu sama lain. Ia tidak akan
sempurna tanpa kehadiran pasangannya dan setiap yang kekurangan akan
terdorong untuk mencari kesempurnaan. Begitu juga setiap yang
membutuhkan akan memiliki kecenderungan alamiah untuk memenuhinya. Oleh
karena itu, wajar jika ada daya tarik yang kuat dan alamiah antara
seseorang dengan pelengkapnya dan ia akan merasa damai jika sudah
meraihnya.
Dalam
pernikahan, manusia akan memperoleh ketenangan dan kedamaian jasmani
dan ruhani serta ketenangan dan kedamaian individual dan sosial.
Sementara stabilitas kehidupan seseorang akan terganggu dengan
meninggalkan pernikahan dan tidak tersalurkannya kebutuhan biologis.
Orang yang belum membentuk rumah tangga juga kurang begitu peduli dengan
tanggung jawab sosial dan sering terlibat dalam tindakan kriminal.
Namun, mereka yang sudah berumah tangga akan merasa lebih bertanggung
jawab dan lebih percaya diri, seolah-olah mereka menemukan jati diri
baru.
Setelah
menyinggung masalah ketenangan, al-Quran memaparkan prinsip mawaddah
dan rahmah. Pada dasarnya, unsur ini adalah perekat dan penyatu
masyarakat. Mawaddah dan rahmah antara suami-istri akan menciptakan
nuansa kedamaian dan ketenangan.
Ayatullah
Syahid Murthadha Mutahhari mengatakan, “Tidak mengherankan jika
sebagian orang tidak bisa membedakan antara syahwat dan kasih sayang.
Mereka mengira bahwa hal yang merekatkan suami-istri hanya terbatas pada
hawa nafsu dan syahwat. Mereka tidak mengetahui bahwa ada
kecenderungan-kecenderungan lain dalam diri manusia selain sifat egoisme
dan oportunis, yang justru menjadi sumber pengorbanan dan manifestasi
kemanusiaan. Hal ini dalam al-Quran dinamakan mawaddah dan rahmah.”
Pada
intinya, sumber ketertarikan suami-istri dan ketenangan suami di bawah
pancaran kasih sayang istri adalah mawaddah dan rahmah yang diberikan
Allah Swt kepada keduanya. Tentu saja mawaddah dan rahmah ini terpisah
dari hawa nafsu yang juga dimiliki oleh binatang.
b. Menjaga kemuliaan dan kewibawaan manusia
Masalah
penting dalam budaya Islam adalah menjaga kemuliaan dan kewibawaan
manusia. Islam melarang segala sesuatu yang akan menjatuhkan harga diri
dan kemuliaan seseorang. Dan sebaliknya, mengajurkan sesuatu yang
menyebabkan terjaganya kemuliaan manusia. Dalam surat al-Baqarah ayat
187, Allah Swt berfirman: “Istri-istrimu adalah pakaian bagimu dan engkau juga pakaian bagi mereka.”
Suami-istri ibarat pakaian satu sama lain dan akan menutupinya dari
segala hal yang menjatuhkan kehormatan dan harga diri. Mereka saling
menjaga diri agar tidak terseret ke dalam lembah dosa.
Suami-istri
harus saling menjaga rahasia dan menjadi hiasan bagi sesama. Pakaian
selain berfungsi sebagai hiasan, juga penutup rahasia keluarga agar aman
dari akses orang asing. Mereka juga dianjurkan untuk berupaya
menyelesaikan problema-problema rumah tangga secara tertutup, karena
al-Quran menilai hubungan rumah dan keluarga sebagai perjanjian yang
kuat dan tidak boleh menodainya dengan berbagai alasan. “Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” (QS: An-Nisaa:21).
c. Pintu menuju keberkahan
Pada
dasarnya, kebanyakan laki-laki dan perempuan menghindari menerima
tanggung jawab pernikahan dengan bermacam alasan seperti, kemiskinan dan
ketidakmampuan finansial. Namun, al-Quran secara jelas mengingatkan
bahwa pintu menuju rezeki dan berkah adalah pernikahan. Dalam surat
An-Nuur ayat 32, Allah Swt berfirman: “Dan nikahkanlah orang-orang
yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang saleh dari
hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin,
Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Ayat
tersebut tidak hanya mengajak kedua orang tua untuk mempersiapkan
mukaddimah pernikahan putra-putrinya, tapi juga menyeru siapa saja yang
mampu untuk saling membantu. Jika ada kekhawatiran terkait masalah
ekonomi, Allah Swt akan menganugerahkan karunia-Nya kepada mereka.
Orang-orang yang masih sendiri kurang merasa bertanggung jawab dan tidak
memanfaatkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh pendapatan
halal. Akan tetapi setelah berumah tangga, mereka akan menjadi seorang
pribadi sosial dan merasa bertanggung jawab atas istri dan anak-anaknya.
Mereka akan memanfaatkan seluruh kapasitasnya dan mengambil inisiatif
untuk mengatasi berbagai problema hidup.
Imam
Jakfar Shadiq as berkata: “Barangsiapa yang meninggalkan perkawinan
karena takut miskin, maka ia telah berburuk sangka kepada Allah Swt.”
Dalam riwayat lain, Imam Shadiq as berkata: “Rezeki ada bersama istri
dan anak-anak.” Selain bantuan materi, pertolongan ghaib Tuhan juga akan
membantu orang-orang yang menikah demi menjaga kemuliaan dan
kesuciannya.
d. Kelanjutan dan kelestarian generasi manusia
Dalam
kitab Tauhid Mufaddhal, Imam Jakfar Shadiq as menganggap
kebutuhan-kebutuhan yang didasari oleh syahwat sebagai faktor kelanjutan
hidup manusia. Allah Swt telah menempatkan sebuah penggerak dalam
struktur psikologi manusia, yang akan mendorongnya memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Imam Shadiq as berkata: “Renungkanlah
aktivitas-aktivitas manusia mulai dari makan, tidur, dan menyalurkan
kebutuhan biologis serta hal-hal lain yang sudah diatur. Sesungguhnya
Allah Swt telah menempatkan kekuatan penggerak dalam diri manusia.
Kekuatan itu akan mendorong mereka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.”
e. Kesehatan mental dan keterjagaan dari dosa
Kebutuhan
biologis merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping
kebutuhan pada estetika, kasih sayang dan cinta. Naluri kebinatangan
akan membawa manfaat bagi manusia selama disalurkan secara benar,
proposional, dan legal, namun akan tergolong sejenis penyakit jika
bersikap berlebihan. Kini, para ilmuan menemukan berbagai jenis penyakit
akibat menuruti keinginan hawa nafsu dan menyalurkannya dengan
cara-cara yang tidak benar.
Islam
mengadopsi dua cara untuk menjaga kesehatan mental seseorang. Jalan
pertama adalah pernikahan. Sementara cara kedua adalah menerapkan
batasan-batasan tertentu untuk mencegah pergaulan bebas, yang dapat
meruntuhkan nilai-nilai dan menghancurkan sebuah bangsa.
Kesimpulan
Keluarga
sebagai poros pencipta ketenangan dan kasih sayang, memiliki tempat
istimewa dalam Islam. Orang tua dan keluarga punya peran dominan dalam
rumah tangga untuk memberi bimbingan dan petunjuk kepada putra-putrinya.
Problema keluarga mendapat perhatian berbagai cabang ilmu pengetahuan
seperti, sosiologi, psikologi, kriminologi dan ilmu pendidikan.
Kajian
terhadap sejumlah ayat dan riwayat akan mengantarkan kita pada filosofi
pernikahan antara lain, pernikahan, faktor ketenangan dan kedamaian,
penjaga kemuliaan dan kewibawaan manusia, pintu menuju keberkahan, jalan
melestarikan generasi umat manusia, dan solusi menjaga kesehatan mental
dan terhindar dari dosa.
Oleh
karena itu, kegoncangan bangunan keluarga dan keruntuhan sistem luhur
masyarakat harus dicegah dengan menjaga lingkungan privasi keluarga,
mendorong pernikahan, mencegah pergaulan bebas, dan mempermudah
pernikahan. Metode seperti ini akan melahirkan keluarga bahagia dan
masyarakat yang sehat.
Penulis: Sayyid Eshaq Hosseini Kohsari
Selasa, 01 Mei 2012
Nangka Lande
Jande mude romannye udeh tue
Lagak lagunye kaya perawan aje
Jande same sebentar kampung sini
Tapi sayangnye kagak ade yang jadi
Nangke lande matengnye kena parke
Dimakan gajeh giginye pade ngilu
Ade jande lame ga laku-laku
Saban hari die ngaca melulu
Nah tuh mangkenye gue kate juga ape
Jadi lu puas jangan suka menghine
Kalo lelaki biar kate ga ade mukenye
Kantongnye tebel sekali kebet dapet lime
Nangke lande di encot encot jande
Jande ga laku ketiban nangke lande
Yang mane jande yang mane ikan pede
Gue peratiin due-duenye same
Mateng mentehnye gue kate juga ape
Jadi lu puas jangan suka menghine
Kalo lelaki biar kate ga ade mukenye
Kantongnye tebel sekali kebet dapet lime
Nangke lande di encot encot jande
Jande ga laku ketiban nangke lande
Yang mane jande yang mane ikan pede
Gue peratiin due-duenye same 2X
Someday I'll Be Saturday Night
Hey, man I'm alive I'm takin' each day and night at a time
I'm feelin' like a Monday but someday I'll be Saturday night
Hey, my name is Jim, where did I go wrong
My life's a bargain basement, all the good shit's gone
I just can't hold a job, where do I belong
I'm sleeping in my car, my dreams move on
My name is Billy Jean, my love was bought and sold
I'm only sixteen, I feel a hundred years old
My foster daddy went, took my innocence away
The street life aint much better, but at least I get paid
And Tuesday just might go my way
It can't get worse than yesterday
Thursdays, Fridays ain't been kind
But somehow I'll survive
Hey man I'm alive I'm takin' each day and night at a time
Yeah I'm down, but I know I'll get by
Hey hey hey hey, man I gotta live my life
Like I ain't got nothin' but this roll of the dice
I'm feelin' like a Monday, but someday I'll be Saturday night
Now I can't say my name, and tell you where I am
I want to roll myself away, don't know if I can
With someone elses soul, someone elses face
Oh, Tuesday just might go my way
It can't get worse than yesterday
Thursdays, Fridays ain't been kind
But somehow I'll survive
Hey, man I'm alive I'm takin' each day and night at a time
Yeah I'm down, but I know I'll get by
Hey hey hey hey, man I gotta live my life
I'm gonna pick up all the pieces and what's left of my pride
I'm feelin' like a Monday, but someday I'll be Saturday night
Saturday night Here we go
Some day I'll be Saturday night
I'll be back on my feet, I'll be doin' alright
It may not be tomorrow baby, that's OK
I ain't goin' down, gonna find a way, hey hey hey
Hey man I'm alive I'm takin' each day and night at a time
Yeah, I'm down, but I know I'll get by
Hey hey hey hey, man, I gotta live my life
Like I ain't got nothin' but this roll of the dice
I'm feelin' like a Monday, but someday I'll be Saturday night
I'm feelin' like a Monday, but someday I'll be Saturday night
Saturday night, all right, all right
Saturday night
Langganan:
Postingan (Atom)